Posted on Agustus 29, 2007 by secondprince
Kedudukan Shahih Bukhari Di Sisi Sunni dan Al Kafi Di Sisi Syiah
Mereka yang mengkritik Syiah telah membawakan riwayat-riwayat yang ada dalam kitab rujukan Syiah yaitu Al Kafi dalam karya-karya mereka seraya mereka berkata Kitab Al Kafi di sisi Syiah sama seperti Shahih Bukhari di sisi Sunni. Tujuan mereka berkata seperti itu adalah sederhana yaitu untuk mengelabui mereka yang awam yang tidak tahu-menahu tentang Al Kafi. Atau jika memang mereka tidak bertujuan seperti itu berarti Mereka lah yang terkelabui.
Dengan kata-kata seperti itu maka orang-orang yang membaca karya mereka akan percaya bahwa riwayat apa saja dalam Al Kafi adalah shahih atau benar sama seperti hadis dalam Shahih Bukhari yang semuanya didakwa shahih. Mereka yang mengkritik Syiah atau lebih tepatnya menghakimi Syiah itu adalah Dr Abdul Mun’im Al Nimr dalam karyanya(terjemahan Ali Mustafa Yaqub) Syiah, Imam Mahdi dan Duruz Sejarah dan Fakta, Ihsan Illahi Zahir dalam karyanya Baina Al Sunnah Wal Syiah, Mamduh Farhan Al Buhairi dalam karyanya Gen Syiah dan lain-lain.
Tidak diragukan lagi bahwa karya-karya mereka memuat riwayat-riwayat dalam kitab rujukan Syiah sendiri seperti Al Kafi tanpa penjelasan pada para pembacanya apakah riwayat tersebut shahih atau tidak di sisi Ulama Syiah. Karya-karya mereka ini jelas menjadi rujukan oleh orang-orang(termasuk oleh mereka yang menamakan dirinya salafi) untuk mengkafirkan atau menyatakan bahwa Syiah sesat.
Sungguh sangat disayangkan, karena kenyataan yang sebenarnya adalah Al Kafi di sisi Syiah tidak sama kedudukannya dengan Shahih Bukhari di sisi Sunni. Al Kafimemang menjadi rujukan oleh ulama Syiah tetapi tidak ada ulama Syiah yang dapat membuktikan bahwa semua riwayat Al Kafi shahih. Dalam mengambil hadis sebagai rujukan, ulama syiah akan menilai kedudukan hadisnya baru menetapkan fatwa. Hal ini jelas berbeda dengan Shahih Bukhari dimana Bukhari sendiri menyatakan bahwa semua hadisnya adalah shahih, dan sudah menjadi ijma ulama(sunni tentunya)bahwa kitab Shahih Bukhari adalah kitab yang paling shahih setelah Al Quran.
.
.
Kedudukan Shahih Bukhari
Shahih Bukhari adalah kitab hadis Sunni yang ditulis oleh Bukhari yang memuat 7275 hadis. Jumlah ini telah diseleksi sendiri oleh Bukhari dari 600.000 hadis yang diperolehnya dari 90.000 guru. Kitab ini ditulis dalam waktu 16 tahun yang terdiri dari 100 kitab dan 3450 bab. Hasil seleksi Bukhari dalam Shahih Bukhari ini telah Beliau nyatakan sendiri sebagai hadis yang shahih.
Shahih Bukhari adalah kitab hadis Sunni yang ditulis oleh Bukhari yang memuat 7275 hadis. Jumlah ini telah diseleksi sendiri oleh Bukhari dari 600.000 hadis yang diperolehnya dari 90.000 guru. Kitab ini ditulis dalam waktu 16 tahun yang terdiri dari 100 kitab dan 3450 bab. Hasil seleksi Bukhari dalam Shahih Bukhari ini telah Beliau nyatakan sendiri sebagai hadis yang shahih.
Bukhari berkata
“Saya tidak memasukkan ke kitab Jami’ ini kecuali yang shahih dan saya telah meninggalkan hadis-hadis shahih lain karena takut panjang” (Tahdzib Al Kamal 24/442).
Bukhari hidup pada abad ke-3 H, karya Beliau Shahih Bukhari pada awalnya mendapat kritikan oleh Abu Ali Al Ghassani dan Ad Daruquthni, bahkan Ad Daruquthni menulis kitab khusus Al Istidrakat Wa Al Tatabbu’ yang mengkritik 200 hadis shahih yang terdapat dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Tetapi karya Ad Daruquthni ini telah dijawab oleh An Nawawi dan Ibnu Hajar dalam Hady Al Sari Fath Al Bari.
An Nawawi dan Ibnu Shalah yang hidup pada abad ke-7 adalah ulama yang pertama kali memproklamirkan bahwa Shahih Bukhari adalah kitab yang paling otentik sesudah Al Quran. Tidak ada satupun ulama ahli hadis saat itu yang membantah pernyataan ini. Bahkan 2 abad kemudian pernyataan ini justru dilegalisir oleh Ibnu Hajar Al Asqallani dalam kitabnya Hady Al Sari dan sekali lagi tidak ada yang membantah pernyataan ini. Oleh karenanya adalah wajar kalau dinyatakan bahwa ulama-ulama sunni telah sepakat bahwa semua hadis Bukhari adalah shahih. (lihatImam Bukhari dan Metodologi Kritik Dalam Ilmu Hadis oleh Ali Mustafa Yaqub hal 41-45).
An Nawawi dan Ibnu Shalah yang hidup pada abad ke-7 adalah ulama yang pertama kali memproklamirkan bahwa Shahih Bukhari adalah kitab yang paling otentik sesudah Al Quran. Tidak ada satupun ulama ahli hadis saat itu yang membantah pernyataan ini. Bahkan 2 abad kemudian pernyataan ini justru dilegalisir oleh Ibnu Hajar Al Asqallani dalam kitabnya Hady Al Sari dan sekali lagi tidak ada yang membantah pernyataan ini. Oleh karenanya adalah wajar kalau dinyatakan bahwa ulama-ulama sunni telah sepakat bahwa semua hadis Bukhari adalah shahih. (lihatImam Bukhari dan Metodologi Kritik Dalam Ilmu Hadis oleh Ali Mustafa Yaqub hal 41-45).
.
.
Kedudukan Al Kafi
Al Kafi adalah kitab hadis Syiah yang ditulis oleh Syaikh Abu Ja’far Al Kulaini pada abad ke 4 H. Kitab ini ditulis selama 20 tahun yang memuat 16.199 hadis. Al Kulaini tidak seperti Al Bukhari yang menseleksi hadis yang ia tulis. Di Al Kafi, Al Kulaini menuliskan riwayat apa saja yang dia dapatkan dari orang yang mengaku mengikuti para Imam Ahlul Bait as. Jadi Al Kulaini hanyalah sebagai pengumpul hadis-hadis dari Ahlul Bait as. Tidak ada sedikitpun pernyataan Al Kulaini bahwa semua hadis yang dia kumpulkan adalah otentik. Oleh karena Itulah ulama-ulama sesudah Beliau telah menseleksi hadis ini dan menentukan kedududkan setiap hadisnya.
Al Kafi adalah kitab hadis Syiah yang ditulis oleh Syaikh Abu Ja’far Al Kulaini pada abad ke 4 H. Kitab ini ditulis selama 20 tahun yang memuat 16.199 hadis. Al Kulaini tidak seperti Al Bukhari yang menseleksi hadis yang ia tulis. Di Al Kafi, Al Kulaini menuliskan riwayat apa saja yang dia dapatkan dari orang yang mengaku mengikuti para Imam Ahlul Bait as. Jadi Al Kulaini hanyalah sebagai pengumpul hadis-hadis dari Ahlul Bait as. Tidak ada sedikitpun pernyataan Al Kulaini bahwa semua hadis yang dia kumpulkan adalah otentik. Oleh karena Itulah ulama-ulama sesudah Beliau telah menseleksi hadis ini dan menentukan kedududkan setiap hadisnya.
Di antara ulama syiah tersebut adalah Allamah Al Hilli yang telah mengelompokkan hadis-hadis Al Kafi menjadi shahih, muwatstsaq, hasan dan dhaif. Pada awalnya usaha ini ditentang oleh sekelompok orang yang disebut kaum Akhbariyah.Kelompok ini yang dipimpin oleh Mulla Amin Astarabadi menentang habis-habisan Allamah Al Hilli karena Mulla Amin beranggapan bahwa setiap hadis dalam Kutub Arba’ah termasuk Al Kafi semuanya otentik. Sayangnya usaha ini tidak memiliki dasar sama sekali. Oleh karena itu banyak ulama-ulama syiah baik sezaman atau setelah Allamah Al Hilli seperti Syaikh At Thusi, Syaikh Mufid, Syaikh Murtadha Al Anshari dan lain-lain lebih sepakat dengan Allamah Al Hilli dan mereka menentang keras pernyataan kelompok Akhbariyah tersebut. (lihat Prinsip-prinsip Ijtihad Antara Sunnah dan Syiah oleh Murtadha Muthahhari hal 23-30).
Dari hadis-hadis dalam Al Kafi, Sayyid Ali Al Milani menyatakan bahwa 5.072 hadis shahih, 144 hasan, 1128 hadis Muwatstsaq(hadis yang diriwayatkan perawi bukan syiah tetapi dipercayai oleh syiah), 302 hadis Qawiy(kuat) dan 9.480 hadis dhaif. (lihat Al Riwayat Li Al Hadits Al Tahrif oleh Sayyid Ali Al Milani dalam Majalah Turuthuna Bil 2 Ramadhan 1407 H hal 257). Jadi dari keterangan ini saja dapat dinyatakan kira-kira lebih dari 50% hadis dalam Al Kafi itu dhaif. Walaupun begitu jumlah hadis yang dapat dijadikan hujjah(yaitu selain hadis yang dhaif) jumlahnya cukup banyak, kira-kira hampir sama dengan jumlah hadis dalam Shahih Bukhari.
Semua keterangan diatas sudah cukup membuktikan perbedaan besar di antaraShahih Bukhari dan Al Kafi. Suatu Hadis jika terdapat dalam Shahih Bukhari maka itu sudah cukup untuk membuktikan keshahihannya. Sedangkan suatu hadis jika terdapat dalam Al Kafi maka tidak bisa langsung dikatakan shahih, hadis itu harus diteliti sanad dan matannya berdasarkan kitab Rijal Syiah atau merujuk kepada Ulama Syiah tentang kedudukan hadis tersebut.
.
.
Peringatan
Oleh karena cukup banyaknya hadis yang dhaif dalam Al Kafi maka seyogyanya orang harus berhati-hati dalam membaca buku-buku yang menyudutkan syiah dengan menggunakan riwayat-riwayat Hadis Syiah seperti dalam Al Kafi. Dalam hal ini bersikap skeptis adalah perlu sampai diketahui dengan pasti kedudukan hadisnya baik dengan menganalisis sendiri berdasarkan Kitab Rijal Syiah atau merujuk langsung ke Ulama Syiah.
Oleh karena cukup banyaknya hadis yang dhaif dalam Al Kafi maka seyogyanya orang harus berhati-hati dalam membaca buku-buku yang menyudutkan syiah dengan menggunakan riwayat-riwayat Hadis Syiah seperti dalam Al Kafi. Dalam hal ini bersikap skeptis adalah perlu sampai diketahui dengan pasti kedudukan hadisnya baik dengan menganalisis sendiri berdasarkan Kitab Rijal Syiah atau merujuk langsung ke Ulama Syiah.
Dan Anda bisa lihat di antara buku-buku yang menyudutkan syiah dengan memuat riwayat syiah sendiri seperti dari Al Kafi tidak ada satupun penulisnya yang bersusah payah untuk menganalisis sanad riwayat tersebut atau menunjukkan bukti bahwa riwayat itu dishahihkan oleh ulama syiah. Satu-satunya yang mereka jadikan dalil adalah Fallacy bahwa Al Kafi itu di sisi Syiah sama seperti Shahih Bukhari di Sisi Sunni. Padahal sebenarnya tidak demikian, sungguh dengan fallacy seperti itu mereka telah menyatakan bahwa Syiah itu kafir dan sesat. Sungguh Sayang sekali.
Peringatan ini jelas ditujukan kepada mereka yang akan membaca buku-buku tersebut agar tidak langsung percaya begitu saja. Pikirkan dan analisis riwayat tersebut dengan Kitab Rijal Syiah(Rijal An Najasy atau Rijal Al Thusi). Atau jika terlalu sulit dengarkan pendapat Ulama Syiah perihal riwayat tersebut. Karena pada dasarnya mereka Ulama Syiah lebih mengetahui hadis Syiah ketimbang para penulis buku-buku tersebut. Salam damai.
Filed under: Kritik Syiahphobia
Be the first to like this post.
makasih mas….
bukan dua-duanya, just Islam ya
terimakasih
terimakasih infonya
Setahuku Al-Kafi adalah yang pertama, terus kedua adalah Man la yahduruh al-Faqih karya Syaikh As-Saduq..
Coba lihat di situs-situs syi’ah sendiri!
Dalam buku “40 Hadis Imam Khomeini”, hadis2nya berasal dari Al-Kafi. Imam Khomeini membahas hadis2 dari Al-Kafi karena kitab Al-Kafi adalah rujukan utama hadis syi’ah.
lihat saja buku “40 hadis Imam Khomeini” sebelum membahas matan hadisny beliau membahas sanadnya terlebih dahulu.
Mas harus membedakan antara musnad dan shahih, dari namanya sdh jelas beda. Jadi si pengarang memaksudkan apa yg ditulisnya adl Shahih menurut dia (pengarang) ada kok pembahasan ilmiah ttg Shahih Bukhori dan Shahih Muslim, mana2 yg statusnya hasan (di bawah shahih) atau bahkan dloif. Tapi perlu diingat bahwa hadits dloif tdk selamanya ditinggal, jika hadits dloif didukung oleh hadits2 yg lain yg statusnya lebih baik maka statusnya bisa naik mjd hasan li ghoirihi. Oleh krn itu sepakat Ulama Ahlussunnah mengkategorikan hadits2 dlm Shahih Bukhori itu makbul. Ada juga kok karangan Imam Bukhori selain Shahih, semisal Adabul Mufrad dan isinya tdk semuanya shahih. Oleh krn itu setelahnya ada ulama yg menyusun shahih adabul mufrad dan dloif adabul mufrad. Wallahu a’lam
Maaf mas saya rasa anda keliru, ulama ahlussunah sepakat kalau semua hadis Shahih Bukhari dan Shahih Muslim itu semuanya shahih, itu pendapat Bukhari dan Muslim sendiri, Ibnu Shalah, Imam Nawawi, dan Ibnu Hajar. Tidak ada ulama ahlussunah yang membantah hal itu pada masa mereka.
Musnad dan Shahih, maaf apa hubungannya dengan Musnad,tidak ada yang berkata kitab Shahih Bukhari dan Muslim itu Musnad
saya rasa andalah yang tidak tahu apa itu musnad, musnad itu kitab hadis yang dikelompokkan berdasarkan nama sahabat, Shahih Bukhari dan Shahih Muslim jelas tidak dikelompokkan seperti itu.kitab yang seperti itu contohnya Musnad Ahmad, Musnad Abu Ya’la dan Musnad Al Bazzar. Atau yang anda maksud musnad itu bersambung sanad suatu hadis, entahlah apa maksud anda.
pembahasan ilmiah tentu saja ada, pengertian makbul itulah yang dinyatakan oleh ulama sebagai shahih. Saya ingin tanya kepada anda kenapa tidak ada kitab Dhaif Bukhari Muslim?.tentu saja saya tahu beberapa ulama yang mengkritik beberapa hadis Bukhari dan Muslim seperti Syaikh Al Albani, tetapi oleh hal ini beliau juga mendapat banyak kritikan dari As Saqqaf dan syaih Abdullah bin Shiddiq al Ghumari.
Yang saya paparkan itu bukan pendapat saya, tetapi penukilan dan sudah saya cantumkan referensinya
saya sendiri melihat beberapa hadis Bukhari dan Muslim terdapat keraguan pada sanad dan matannya.
Lah anda juga tahu Sy.AlBani, kan beliau ulama ahlussunnah juga kan, berarti gugur dong dakwaan anda….? he he he
Apa mas orang Syiah juga?
walah masih aja nih, iya deh kata Mas makbul dan shahih beda
coba lihat apa yang dikatakan Ibnu Shalah, Imam Nawawi dan Ibnu Hajar mereka berkata ijma ulama menyatakan keduanya shahih, bukan makbul seperti yang anda bilang.
Ya saya tahu Syaikh Al Albani, wah Mas kalau saya katakan ijma sepakat berdasarkan perkataan Ibnu Shalah, Imam Nawawi dan Ibnu Hajar kemudian syaikh Al Albani tidak sependapat apakah lantas gugur ijma’nya .Wah hebat betul Syaikh al Albani. Sepertinya anda juga tidak menyimak kata2 saya kalau Syaikh Al Albani malah dikritik oleh As Saqqaf dan Syaikh Abdullah bin Shiddiq Al Ghumari karena hal ini.
Dakwaan saya itu ada dasarnya bukan sekedar pendapat saya.
Gak ada gunanya nanya saya Syiah apa bukan? maaf itu kan bukan urusan anda.
68% tanggung amat angkanya Mas
trus apa lebih mulia orang yang mengaku pencuri, dari pada orang yang tidak mencuri sama sekali ( hi hi hi lucu juga nih orang )
sudah gak perlu pusing, yang syiah biar tetap dalam syiahnya ( nanti pada akhirnya kan akan terlihat ) yang sunni biar sunni ( wong nati juga akan terlihat ). trus apa lebih mulia orang yang mengaku pencuri, dari pada orang yang tidak mencuri sama sekali camka dong
MAAF MAS SECOND
memangnya siapa yang peduli orang mau jadi Syiah atau sunni
Inti tulisan secondprince ini membantah anggapan orang yang sok tahu soal kitab hadis Syiah seperti buku-buku Salafi itu
Terus teriak-teriak memfitnah Syiah dan berlagak berhujjah dengan hadis Syiah
Makanya tulisan itu dipahami dulu yang benar
saudara secondprince ini bukan Syiah karena saya langsung tanya sendiri sama dia(lewat email)
jadi anlisisnya tidak terjait dengan kecenderungan kemahzaban syiah atau sunni
murni objektif tidak seperti salafi-salafi itu
kalem bang , gak akan kok jadi berantakan klo sambil ngotot, tambah konyol deh kamu wek wek wke kwe ( janga marah loo )
sapa yang teriak memfitnah, klo emang benar trus gimana dong, knapa sih alergi dengan kata salafi ( tapi saya bukan golonga yang anda makstu lohh ) salafi itu kan artinya orang yang tedahulu, apa trus kamu mo ngerumusin agama ini pake akal kamu sendiri tanpa merujuk orang yang terdahulu
saya pernah ikut pengajian hadits Ibn Majah, mungkin ini yang selevel dengan al-Kafi kali ya…….didalamnya banyak hadits dhoif, maudhu’, bahkan hadits mursal.
Semua kami pelajari untuk saling memperjelas terhadap sebuah hukum, dan guru kami juga selalu menjelaskan mana hadits yang bisa dipakai mana yang tidak…
yang memiliki sanad) di pondok mana ya??
Hmmbegitu ya
ah tapi saya juga kurang mengerti lho apa yang harus dicamkan
wah dibilang ya
memang gak hanya pakai akal
tapi akal memang harus dipakai
Hmm mungkin ada baiknya Mas tanya sama saudara kita yang Syiah
Biar jelas gitu
Salam
Emangnya Friendster??
Makanya emang semua harus dipelajari lagi kan? lagian kayanya orang Syi’ah juga ngambil referensi hadist dari perawi yang dipercayai Sunni juga kan? selama Shahih dan udah dipelajari dulu,,
*lagi lagi based on omongan usmif,,*
Lama amat nih komennya
MAKSUTNYA ITU, JANGAN PAKE AKAL KITA YANG MASIH SERING DI GUNAKAN UNTUK PIKTOR ………. HI HI HI HI
atau kitab Kasyful-Asror karangan Khumaini?
kalau antum sudah baca maka cukup jelas kesesatan Syiah. pada halaman 289 edisi tahun 1287H,Irandinyatakan,
“Beberapa ulama kita meriwayatkan dari Sahl bin Ziyad, dari Muhammad bin Sulaiman, dari sebagian sahabatnya, dari Abu Hasan ‘alaihis salaam -maksudnya Abu Hasan kedua, yaitu Ali bin Musa Ar Ridha, wafat pada thn 206- ia menuturkan: “Dan aku berkata kepadanya: Semoga aku menjadi penebusmu, kita mendengar ayat-ayat Al Quran yang tidak ada pada Al Quran kita sebagaimana yang kita dengar, dan kita tidak dapat membacanya sebagaimana yang kami dengar dari anda, maka apakah kami berdosa? Maka beliau menjawab: Tidak, bacalah sebagaimana yang pernah kalian pelajari, karena suatu saat nanti akan datang orang yang mengajari kalian.”
jangakan membangun lembaga pendekatan kaum sunni pun ditindas di negeri kalian, seperti yang terjadi di iran
untuk melaksanakan shalat jumat saja kaum sunni sampai harus shalat di kedutaan Saudi karena tidak adanya masjid sunni di teheran.
belum lagi pembantaian kaum sunni di iran dan sebagian wilayah iraq.
dan masih banyak fakta sejarah yang menyebabkan tumpahnya darah kaum sunni dikarenakan kerjasama Syiah dan orang kafir.
Alhamdulillah sekarang saya sedang meneliti kitab al-kafi terkhusus pada kitabul-hujjah, sebagai skripsi saya. mudah-mudahan Allah memudahkan penyelesaiannya.
Maaf Mas sendiri pernah tidak membaca kitab Al Kafi?
Kemudian riwayat yang Mas bawa itu apakah shahih atau tidak
Siapa Ulama Syiah yang menyatakan riwayat itu shahih
Kebanyakan pengikut Salafy cuma baca buku-buku Syaikh mereka yang membantah Syiah, yang maaf menurut orang Syiah sendiri penuh dengan distorsi
Pengikut Salafy tidak pernah membaca sendiri kitab yang dimaksud
Tidak tahu apa-apa tapi maaf mudahnya menuduh orang lain
Begitulah Salafy
Tapi sayangnya kaum Salafyun dengan berbagai alasan menentang hal ini
Jadi ya Salafyun itu yang menjauh Mas
Maaf Mas sendiri pernah tidak membaca kitab Al Kafi?
Kemudian riwayat yang Mas bawa itu apakah shahih atau tidak
Siapa Ulama Syiah yang menyatakan riwayat itu shahih
Kebanyakan pengikut Salafy cuma baca buku-buku Syaikh mereka yang membantah Syiah, yang maaf menurut orang Syiah sendiri penuh dengan distorsi
Pengikut Salafy tidak pernah membaca sendiri kitab yang dimaksud
Tidak tahu apa-apa tapi maaf mudahnya menuduh orang lain
Begitulah Salafy
Tapi sayangnya kaum Salafyun dengan berbagai alasan menentang hal ini
Jadi ya Salafyun itu yang menjauh Mas
ya udah yang pentinga kamu bukan syiah kan
Waktu gue baru hijrah, gue dikasih tau bahwa ada dua aliran yang besar dalam Islam, yaitu Sunni dan Syiah, kalo syiah bukan Islam koq bisa dibilang aliran dalam Islam?
Setelah dalam pencarian kebenaran, gue cuma liat kalo Syiah itu dari Rasulullah saw, lalu turun ke keluarganya sampai ke Mahdi, nah kalo Sunni dari Rasulullah saw, lalu mengikuti sahabat2nya.
yang penting saya sudah menanggapi
Wah anda juga rupanya sama tidak normalnya seperti saya
Syi’ah mengaku berpegang pada ahlulbait, tapi meninggalkan riwayat dari Nabi SAW sendiri.
Syi’ah mencela Umar yang melarang menulis hadits tapi syi’ah sendiri hanya menulis sedikit saja hadits Nabi SAW
Maaf Mas banyak yang berantakan tuh kupipesnya
tapi terimakasih udah berkunjung
kalau saya sempat saya buat tulisan khusus soal ini
Salam
“Sukakah engkau semua saya beritahu,siapakah ahli syurga itu? Mereka itu setiap orang yang lemah dan dianggap lemah oleh para manusia, tetapi jikalau ia bersumpah atas Allah, pastilah Allah mengabulkan apa yang disumpahkannya itu.
Sukakah engkau semua saya beritahu, siapakah ahli neraka itu? Mereka itu ialah setiap orang yang ‘utul – keras, jawwazh – kikir tetapi gemar mengumpulkan harta, lagi pula congkak.” (Muttafaq ‘alaih)
Al’utul ialah orang yang keras kepala lagi kasar dalam pergaulan.
memang bener Mas, nggak baik menuhankan hawa nafsu
Salam
Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan
Tidak diragukan lagi bahwa berpegang teguh dengan Al-Kitab dan As-Sunnah adalah kunci keselamatan dari terjerumusnya kepada bid’ah dan kesesatan ; Allah سبحانه و تعالى berfirman. “Artinya : Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya”. [Al-An'am : 153]. Rasulullah صلی الله عليه وسلم telah menjelaskan hal itu dalam suatu hadits yang diriwayatkan sahabat Ibnu Mas’ud رضي الله عنه, berkata : Rasulullah صلی الله عليه وسلم membuat satu garis untuk kita, lalu bersabda : “Ini adalah jalan Allah”, kemudian beliau membuat garis-garis di sebelah kanannya dan disebelah kirinya, lalu bersabda : “Dan ini adalah beberapa jalan di atas setiap jalan tersebut ada syetan yang senantiasa mengajak (manusia) kepada jalan tersebut”. Maka barangsiapa yang berpaling dari Al-Kitab dan As-Sunnah ; pasti akan selalu terbentur oleh jalan-jalan yang sesat dan bid’ah. Jadi latar belakang yang menyebabkan kepada munculnya bid’ah-bid’ah, secara ringkas adalah sebagai berikut : bodoh terhadap hukum-hukum Ad-Dien, mengikuti hawa nafsu, ashabiyah terhadap berbagai pendapat dan orang-orang tertentu, menyerupai dan taqlid terhadap orang-orang kafir. Perinciannya sebagai berikut. [1]. Bodoh Terhadap Hukum-Hukum Ad-Dien Semakin panjang zaman dan manusia berjalan menjauhi atsar-atsar risalah Islam : semakin sedikitlah ilmu dan tersebarlah kebodohan, sebagaimana hal itu dikabarkan oleh Rasulullah صلی الله عليه وسلم dalam sabdanya : “Artinya : Barangsiapa dari kamu sekalian yang masih hidup setelahku, pasti akan melihat banyak perselisihan”. [Hadits Riwayat Abdu Daud, At-Tirmidzi, beliau berkata hadits ini hasan shahih]. Dan dalam sabdanya صلی الله عليه وسلم juga : “Artinya : Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mengambil (mencabut) ilmu dengan mencabutnya dari semua hamba-Nya akan tetapi mengambilnya dengan mewafatkan para ulama, sehingga jika tidak ada (tersisa) seorang ulamapun, maka manusia mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh, mereka ditanya (permasalahan) lalu berfatwa tanpa dibarengi ilmu, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan”. Tidak akan ada yang bisa meluruskan bid’ah kecuali ilmu dan para ulama ; maka apabila ilmu dan para ulama telah hilang terbukalah pintu untuk muncul dan tersebarnya bagi para penganut dan yang melestarikannya. [2]. Mengikuti Hawa Nafsu Barangsiapa yang berpaling dari Al-Kitab dan As-Sunnah pasti dia mengikuti hawa nafsunya, sebagaimana firman Allah : “Artinya : Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun”. [Al-Qashshash : 50]. Dan Allah Ta’ala berfirman. “Artinya : Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya. Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesuadh Allah (membiarkannya sesat)”. [Al-Jatsiyah : 23]. Dan bid’ah itu hanyalah merupakan bentuk nyata hawa nafsu yang diikuti. [3]. Ashabiyah Terhadap Pendapat Orang-Orang Tertentu. Ashabiyah terhadap pendapat orang-orang tertentu dapat memisahkan antara dari mengikuti dalil dan mengatakan yang haq. Allah Ta’ala berfirman. “Artinya : Dan apabila dikatakan kepada mereka : ‘Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah’. Mereka menajwab : ‘(Tidak) tetapi kami hanya mengikuti ap yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami’. ‘(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk”. [Al-Baqarah : 170]. Inilah keadaan orang-orang ashabiyah pada saat ini dari sebagian pengikut-pengikut madzhab, aliran tasawuf serta penyembah-penyembah kubur. Apabila mereka diajak untuk mengikuti Al-Kitab dan As-Sunnah serta membuang jauh apa-apa yang menyelisihi keduanya (Al-Kitab dan As-Sunnah) mereka berhujjah (berdalih) dengan madzhab-madzhab, syaikh-syaikh, bapak-bapak dan nenek moyang mereka. [4]. Menyerupai Orang-Orang Kafir Hal ini merupakan penyebab paling kuat yang dapat menjerumuskan kepada bid’ah, sebagaimana disebutkan dalam hadits Abi Waqid Al-Laitsy berkata. “Kami pernah keluar bersama Rasulullah صلی الله عليه وسلم menuju Hunain dan kami baru saja masuk Islam (pada waktu itu orang-orang musyrik mempunyai sebuah pohon bidara) sebagai tempat peristirahatan dan tempat menyimpan senjata-senjata mereka yang disebut dzatu anwath. Kami melewati tempat tersebut, lalu kami berkata :” Ya Rasulullah buatkanlah untuk kami dzatu anwath sebagaimana mereka memiliki dzatu anwath, lalu Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda : “Allahu Akbar ! Sungguh ini adalah kebiasaan buruk mereka, dan demi yang jiwaku di tangannya, ucapan kalian itu sebagaimana ucapan Bani Israil kepada Musa عليه السلام : “Artinya : Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah ilah (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa ilah (berhala)”. [Al-A'raf : 138] Lalu Musa bersabda : “Sungguh kamu sekalian mengikuti kebiasaan-kebiasaan sebelum kamu”. Di dalam hadits ini disebutkan bahwa menyerupai orang-orang kafir itulah yang menyebabkan Bani Israil dan sebagian para sahabat Nabi صلی الله عليه وسلم menuntut sesuatu yang buruk, yakni agar mereka dibuatkan tuhan-tuhan yang akan mereka sembah dan dimintai berkatnya selain Allah Ta’ala. Hal ini jugalah yang menjadi realita saat ini. Sungguh kebanyakan kaum muslimin telah mengikuti orang-orang kafir dalam amalan-amalan bid’ah dan syirik, seperti merayakan hari-hari kelahiran, mengkhususkan beberapa hari atau beberapa minggu (pekan) untuk amalan-amalan tertentu, upacara keagamaan dan peringatan-peringatan, melukis gambar-gambar dan patung-patung sebagai pengingat, mengadakan perkumpulan hari suka dan duka, bid’ah terhadap jenasah, membuat bangunan di atas kuburan dan lain sebagainya.
-Pendahuluan-
Amma ba`du :
Sesunguhnya motivasi yang mendorong untuk menulis makalah ini adalah apa yang terlihat belakangan ini, yakni, semakin gencarnya kegiatan Rafidhah (syi`ah) dalam mendakwahi ajaran mereka setaraf dunia Islam, dan bahaya terhadap agama islam yang dimiliki oleh golongan yang keluar ini, serta kelengahan dari kebanyakkan dari awam kaum muslimin terhadap bahaya mereka, serta apa-apa yang terdapat dalam akidah mereka berupa syirik, celaan terhadap Al Quran, celaan terhadap para sahabat, ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap para imam. Sungguh penyusun telah bertekat untuk menulis makalah ini, dan menjawab apa yang menjadi problem dalam permasalahan ini secara ringkas, mengikuti metode syeikh kita Syeikh Alaamah abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin -semoga Allah menjaganya- dalam kitab beliau (( At Ta`liiqaatu `Ala Matni Lum`atil `Itiqaad )), dan dengan cara menukil dari buku-buku Rafidhah yang terkenal dan tersohor di kalangan mereka, serta dari buku-buku ahli sunnah dari kalangan para imam-imam terdalulu dan belakangan, dimana mereka telah membantah dan menerangkan kerusakan akidah mereka yang berdiri atas kesyirikan, ghuluw (sikap berlebih-lebihan), kedustaan, caci maki, celaan, tikaman, dll.
Sesungguhnya penyusun telah berusaha dalam makalah yang singkat dan kurang berharga ini, untuk membuktikan kesalahan mereka dari buku-buku mereka dan karangan-karangan yang terpercaya di kalangan mereka, sebagaimana perkataan Syeikh Ibrahim bin Sulaiman Al Jabhan -semoga Allah menjaganya- : Dari mulutmu aku menghukummu wahai pemeluk syi`ah.
Akhirnya, penyusun memohon kepada Allah `Ajja wa Jalla semoga makalah ini bermanfaat bagi orang-orang yang bisa memandang dengan baik, sebagaimana firman Allah: INNA FII DZAALIKA LADZIKRA LIMAN KAANA LAHUU QALBUN AW ALQAA-SSAM`A WA HUWA SYAHIID
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya (Surat : Qoof, ayat : 37). Dan penyusun mengucapkan terima kasih, kepada setiap orang yang ikut menanam saham bersama penyusun dalam menerbitkan buku kecil ini, Wallahu `Alam, semoga Allah senantiasa menganugerahkan shalawat dan salam atas Rasulullah dan atas keluarga beliau serta sahabat-sahabatnya.
Ditulis oleh :Abdullah bin Muhammad As Salafi.
-Kapan Munculnya Firqah Rafidhah?-
Al Qummi berkata dalam bukunya Al Maqaalaat wal Firaq3.1 : Ia mengakui keberadaannya, dan menganggabnya orang pertama yang berbicara tentang wajibnya keimaman Ali, dan raj`iyah Ali3.2, dan menampakkan celaan terhadap Abi Bakr, Umar dan Utsman serta seluruh sahabat, seperti yang dikatakan oleh An Nubakhti di bukunya Firaqus Syi`ah3.3. Sebagaimana Al Kissyi mengatakan demikian juga di bukunya yang dikenal dengan Rijaalul Kissyi3.4. Pengakuan adalah tuan argumen (argumen yang akurat), dan mereka-mereka ini semuanya adalah syeikh-syeikh besar Rafidhah.
Al Baghdadi berkata : Kelompok Sabaiyah adalah pengikut Abdullah bin Saba yang telah berlebih-lebihan (dalam memuji) Ali, dan mendakwakkan, bahwasanya Ali adalah nabi, kemudian bersikap berlebih-lebiahn lagi, sehingga ia mendakwakan bahwasanya Ali adalah Allah.
Al Baghdadi berkata juga : adalah ia (Abdullah bin Saba) anak orang berkulit hitam, asal usulnya adalah orang Yahudi dari penduduk Hirah (Yaman), lalu mengumumkan keislamannya, dan menginginkan agar ia mempunyai kerinduan dan kedudukan di sisi penduduk negeri Kufah, dan ia juga menyebutkan kepada mereka, bahwasanya ia membaca di Taurat, bahwa sesungguhnya bagi tiap-tiap nabi punya orang yang diwasiatkan, dan sesungguhnya Ali adalah orang yang diwasiatkan Muhammad صلی الله عليه وسلم.
Dan As Syahrastaani menyebutkan dari ibnu Saba, bahwasanya ia adalah orang yang pertama kali menyebarkan perkataan keimaman Ali secara nas / telah ditetapkan, dan ia menyebutkan juga dari kelompok sabaiyah, bahwa kelompok ini adalah firqah (golongan) yang pertama sekali mengatakan masalah ghaibah3.5 dan akidah raj`iyah, kemudian syiah mewarisinya setelah itu, meskipun mereka itu berbeda, dan pecahan golongan mereka banyak. Perkataan tentang keimaman dan kekhilafan Ali merupakan nas dan wasiat, itu merupakan dari kesalahan-kesalahan Ibnu Saba. Yang akhirnya syi`ah sendiri berpecah menjadi golongan-golongan dan perkataan-perkataan yang banyak sampai puluhan golongan dan perkataan.
Begitulah syiah membuat bid`ah dalam perkataan tentang keyakinan wasiat, raj`iyah, ghaibah, bahkan perkataan menjadikan imam-imam sebagai tuhan3.6, karena mengikuti Ibnu Saba orang yahudi itu.
Penamaan ini disebutkan oleh syeikh mereka Al Majlisi dalam bukunya Al Bihaar dan ia mencantumkan empat hadits dari hadits-hadits mereka3.7.
Ada yang mengatakan : mereka dinamakan rafidhah, karena mereka datang ke Zaid bin Ali bin Husein, lalu mereka berkata : Berlepas dirilah kamu dari Abu Bakr dan Umar sehingga kami bisa bersamamu!, lalu beliau menjawab : Mereka berdua (Abu Bakr dan Umar) adalah sahabat kakekku, bahkan aku setia kepada mereka. Mereka berkata : Kalau begitu, kami menolakmu (rafadhnaak) maka dinamakanlah mereka Raafidhah (yang menolak), dan orang yang membai`at dan sepakat dengan Zaid bin Ali bin Husein disebut Zaidiyah3.8.
Ada yang mengatakan : mereka dinamakan dengan Raafidhah, karena mereka menolak keimaman (kepemimpinan) Abu Bakr dan Umar3.9.
Dan dikatakan mereka dimanakan dengan Rafidhah karena mereka menolak agama3.10.
Rafidhah Terpecah Menjadi Berapa Firqoh (Golongan)?
Ditemukan di dalam buku Daairatul Ma`arif bahwasanya : golongan yang muncul dari cabang-cabang syi`ah jauh melebihi dari angka tujuhpuluh tiga golongan yang terkenal itu3.11.
Bahkan dikatakan oleh seorang rafidhah Mir Baqir Ad Damaad3.12, sesungguhnya seluruh firqoh-firqoh yang tersebut dalam hadits, yaitu hadits berpecahnya umat ini menjadi tujuhpuluh tiga golongan, maksudnya adalah firqoh-firqoh syi`ah. Dan sesungguhnya golongan yang selamat itu dari mereka adalah golongan Imamiyah.
Al Maqrizi menyebutkan bahwa jumlah firqoh-firqoh mereka itu sampai 300 (tiga ratus) firqoh3.13.
As Syahrastaani berkata : Sesungguhnya Rafidhah terbagi menjadi lima bagian : Al Kisaaniyah, Az Zaidiyah, Al Imamiyah, Al Ghaliyah dan Al Ismailiyah3.14.
Al Baghdadi berkata : Sesungguhnya Rafidhah setelah masa Ali ada empat golongan : Zaidiyah, Imamiyah, Ghulaah dan Kisaaniyah.3.15
Perlu diperhatikan bahwa sesungguhnya Az Zaidiyah tidak termasuk dari firqoh-forqoh Rafidhah, kecuali kelompok Al Jarudiyah.
Apakah dimaksud dengan akidah Al Badaa` yang diimani oleh Rafidhah?
Al Badaa` yaitu bermakna tampak (muncul) setelah sembunyi, atau bermakna timbulnya pandangan baru. Al Badaa` sesuai dengan kedua makna itu, haruslah didahului oleh ketidaktahuan, serta baru diketahui. Keduanya ini merupakan suatu hal yang mustahil atas diri Allah, akan tetapi orang Rafidhah (syiah) menisbatkan kepada Allah sifat Al Badaa`.
Telah diriwayatkan dari Ar Rayaan bin Al Sholt, ia berkata : Saya telah mendengar Al Ridha berkata : Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali mengharamkan khamar, dan mengakui bahwa Allah itu memiliki sifat Al Badaa`3.16. Dan dari Abi Abdillah ia berkata : Tidak pernah Allah diibadati dengan sesuatu apapun seperti (mengibadatinya dengan) Al Badaa`3.17. Maha Tinggi Allah dari hal itu dengan ketinggian yang besar.
Lihatlah wahai saudarku muslim, bagaimana mungkin mereka menisbatkan kepada Allah subhanahu wa ta`ala sifat jahal (ketidaktahuan), sedangkan Dia mengatakan tentang diri-Nya :
Artinya : Katakanlah : Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang tahu ghaib kecuali Allah.
Dan di sisi lain Rafidhah (syi`ah) meyakini bahwa sesungguhnya para imam mengetahui seluruh ilmu, dan tidak akan tersembunyi baginya sesuatu apapun.
Apakah ini keyakinan Islam (akidah Islam) yang dibawa oleh nabi Muhammad -صلی الله عليه وسلم- ??????
Wahai Orang-orang yang Mencari Kebenaran…
Aku pingin lihat argumen Anda, bukan sekedar copy paste.
tetapi Ilmu akan Bermanfaat, apabila di amal kan dan di Sebarkan…..
Manusia Tidak akan Memperoleh manfaat ILMU…
kl hanya untuk di cari-cari kekurangannya…
kl hanya untuk di buat bahan Berbantah-bantahan…
kl hanya untuk di INGKARI…
dengan Penglihatanmu… Pendengaranmu… dan Renungkan dalam Hati mu…
Bab 35: Bagaimana Dicabutnya Ilmu Agama
Salam kenal dan terimakasih
@ressay
gapapa aja akhi, kalau gak bisa berargumen ya dak masalah kan kupipes
@riady
benar sekali Mas, ilmu itu mesti disebarluaskan dan dengan dasar itulah blog ini dibuat.
Salam
Amiin
terimakasih sarannya dan saya akan selalu hati-hati dengan siapa saja
wah kenalan antum ya
Amin
Yap mari berhati-hati
…..nilainya adalah lautan darah….
Naudzubillah ! Saya kira kita sudah menyimpang jauh dari ajaran Rosul Allah !
“Kalau dulu Muhammadiyah yang gencar mem bid’ah kan golongan lain dan merasa paling benar dan banyak orang pada masa itu banyak berdiri di bawah payung Muhammadiyah”
Mungkin itu aja, cuma sekedar meluruskan, salam, yuk mari HAIL
– 44.000 riwayat dr kutubul arba’ah cuma 690 saja riwayat yg sampai ke Imam Ali?
-44.000 riwayat dr kutubul arba’ah tidak ada satupun riwayat yg sampai ke Sayyidah Fatimah?
– 44.000 riwayat dr kutubul arba’ah cuma 21 saja riwayat yg sampai ke Imam Hassan?
– 44.000 riwayat dr kutubul arba’ah cuma 7 saja riwayat yg sampai ke Imam Hussein?
- Imam Ali ra = 1.583 riwayat
- Abu Bakar ra = 210 riwayat
- Umar bin Khattab ra = 977 riwayat
- Utsman bin Affan ra = 313 riwayat
- Fatimah ra = 11 riwayat
- Hasan bin Ali ra = 35
- Hussein bin Ali ra = 43
konon kabarnya cerita anda fiktif belaka
sepertinya Mas lamaru itu kurang menangkap maksud saya kalau “ceritanya fiktif”. Dimana-mana referensi itu penting kan akhi
waduh saya gak ikutan itu
terimakasih linknya
1. Golongan mana yg paling banyak meriwayatkan lgs sampai ke Ahlul Bait ?
2. Yg plg penting, golongan mana yg sampai saat ini konsisten berpegang teguh kpd Ahlul Bait Nabi ?
komentar Mas Soegi itu belum ada referensinya lho, kalau sampai ada yang bisa bilang begitu berarti yang membuat tulisan itu benar2 hebat soalnya ia telah menghabiskan hadis kutub arba’ah Syiah dan Kutubus sittah Sunni untuk menghitung jumlah hadis-hadis tersebut. luar biasa ya, saya gak yakin kalau itu Mas soegi atau anda
Kalau memang punya kesadaran ingin berpedoman pada Ahlul Bait ya cari tahu sendiri dong
*btw pembicaraannya semakin panjang dan tak tentu arah*
mungkin maksudnya pada
Telah berkata Husin Ali Almuqaddam : sebagian dari ulama (syiah) percaya bahwa dia (Alkafi) dipersembahkan kepada Alqaim (Imam mereka yang gaib) salawat Allah Alaihi; dimana menyenangkannya dan berkata cukup (kitab ini) untuk syiah kami (Pendahuluan Alkafi hal. 25).
Sampai sekarang itu org kagak nongol2 terbirit ketinggalan sendalnya…
kalo pun dia tahu ditanya seperti pertanyaan diatas dan diminta scannannya…pasti kabur abis….dia..
http://jakfari.wordpress.com/
harusnya…bukan ke SP…om..lamaru..
“Dengan penjelasan tsb menurut saya justru ajaran Ahlul Bayt asalnya dari Mazhab Syi’ah.”
maaf, kayaknya kebalik mas, kita harus tetap mengagungkan Mazhab Ahlul bayt, bukan Mazhab syiahnya. karena jika kita membahas mazhab ahlul bayt, berarti pribadi-pribadi para imam termasuk didalamya,
si lamaru …
referensi kagak ada….
udah dibantuin dicariin malu2 ngakuinnya…
huakakakakak
Silahkan perthatikan kitab2 yang ditulis sebelum abad 3 (Ahl Bait masih hidup) dan kitab2 yang di tulis sesudah abad 3 (Ahl Bait sudah tiada).
Sebutkan dong kitab2 tsb dan penjelasannya, biar diskusi ini ada titik temunya. Atau anda cuman ngarang aja.
2. Murid2nya langsung
3. Sahabat2 dekat
Hadis diatas tak jelas ada di kitab mana.
]Mushaf Alqur’an yang disusun oleh Usman b Affan menurut anda ditulis dimana ya. Tolong diberitahukan agar bertambah pengetahuan sejarah kami. Dlm berapa buah yang ditulis. Wasalam
Utk Ressay : Anda setuju nggak tentang kriteria2 orang yang paling kenal dgn Ahl Bait di atas. Jika ya..baru kita gunakan tulisannya sebagai referensi.
Apakah issu adanya Kitab Sulaim oleh Mufid dan Tusi agar ajarannya Mufid dan Tusi bisa dipercaya dan diterima umat ? Saya CURIGA bahwa Kitab Sulaim adalah tulisan Mufid dan Tusi di abad 5 H