Sabtu, 12 Februari 2011

ASKEP HIPERTENSI





  1. TEORI Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg
    atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, ).

    Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG
    dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,).

    Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
    sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau
    lebih. (Barbara Hearrison )
    Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah
    peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140
    mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg.

    Etiologi
    Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
    terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan
    perifer
    Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
    1. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
      transport Na.
    2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
      tekanan darah meningkat.
    3. Stress Lingkungan
    4. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta
      pelabaran pembuluh darah.
    Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
    1. Hipertensi Esensial (Primer)
      Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti
      genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system
      rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
    2. Hipertensi Sekunder
      Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal. Penggunaan
      kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.

    Patofisiologi
    Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel
    jugularis. Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Dan
    apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin
    yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada
    angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh
    darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.

    Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan
    retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan
    darah. Dengan Peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan
    pada organ organ seperti jantung.

    Manifestasi klinis
    Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah meningkatkan
    tekanan darah > 140/90 mmHg, sakit kepala, epistaksis, pusing/migrain,
    rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang, lemah dan lelah,
    muka pucat suhu tubuh rendah.

    Komplikasi
    Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata
    berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan,
    gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.

    Penatalaksanaan
    Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan:
    1. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
      • Diet
        Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan
        tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan
        kadar adosteron dalam plasma.
      • Aktivitas. Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
        batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,
        bersepeda atau berenang.
    2. Penatalaksanaan Farmakologis.
      Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
      pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
      1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
      2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
      3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
      4. Tidak menimbulakn intoleransi.
      5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
      6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
      Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
      golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,
      golongan penghambat konversi rennin angitensin.

    Test diagnostic.
    1. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
      (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :
      hipokoagulabilitas, anemia.
    2. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
    3. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
      diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
    4. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
      ada DM.
    5. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
    6. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang
      P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
    7. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,
      perbaikan ginjal.
    8. Poto dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
      pembesaran jantung.

  2. PATHWAYS
    Pathways dapat dilihat disini

  3. ANALISA DATA
    NO TGL / JAM DATA PROBLEM ETIOLOGI
    1 Diisi pada saat tanggal pengkajian Berisi data subjektif dan data objektif yang didapat dari pengkajian keperawatan masalah yang sedang dialami pasien seperti gangguan pola nafas, gangguan keseimbangan suhu tubuh, gangguan pola aktiviatas,dll Etiologi berisi tentang penyakit yang diderita pasien
  4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    • Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah.
    • Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
    • Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
    • Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.
    • Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
    • Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangn

  5. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
    NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN PERENCANAAN
    1 Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi
    pembuluh darah.
    Curah jantung kembali normal. Dengan Kriteria Hasil :
    Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / beban
    kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat
    diterima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentang
    normal pasien.
    1. Observasi tekanan darah (perbandingan dari tekanan memberikan gambaran
      yang lebih lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler).
    2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer (Denyutan
      karotis,jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati / palpasi.
      Dunyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi
      (peningkatan SVR) dan kongesti vena).
    3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas. (S4 umum terdengar pada
      pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium, perkembangan S3
      menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels,
      mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya
      atau gagal jantung kronik).
    4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
      (adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat
      mencerminkan dekompensasi / penurunan curah jantung).
    5. Catat adanya demam umum / tertentu. (dapat mengindikasikan gagal
      jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler).
    6. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas / keributan
      ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal. (membantu untuk
      menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi).
    7. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi. (dapat
      menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang,
      sehingga akan menurunkan tekanan darah).
    8. Kolaborasi dengan dokter dlam pembrian therafi anti
      hipertensi,deuritik. (menurunkan tekanan darah).
    2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak
    seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
    aktivitas kembali normal.
    Kriteria Hasil :
    Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan,
    melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
    1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter :
      frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan
      TD, dipsnea, atau nyeridada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat,
      pusig atau pingsan. (Parameter menunjukan respon fisiologis pasien
      terhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja
      / jantung).
    2. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan
      / kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada
      aktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahat
      penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual).
    3. Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsi
      oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah
      oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan
      tiba-tiba pada kerja jantung).
    4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,
      menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan
      energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan
      suplai dan kebutuhan oksigen).
    5. Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.
      (Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan
      mencegah kelemahan).
    3 Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan dengan peningkatan
    tekanan vaskuler cerebral.
    Nyeri berkurang atau teratasi
    Kriteria Hasil :
    Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan tulang / terkontrol, mengungkapkan
    metode yang memberikan pengurangan, mengikuti regiment farmakologi yang
    diresepkan.
    1. Pertahankan tirah baring selama fase akut. (Meminimalkan stimulasi /
      meningkatkan relaksasi).
    2. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala,
      misalnya : kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher serta teknik
      relaksasi. (Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan
      menghambat / memblok respon simpatik, efektif dalam menghilangkan sakit
      kepala dan komplikasinya).
    3. Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan
      sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang,dan membungkuk. (Aktivitas
      yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya
      peningkatkan tekanan vakuler serebral).
    4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan. (Meminimalkan penggunaan
      oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien).
    5. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah
      makan. (menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan).
    6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas,
      diazepam dll. (Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf
      simpatis).
    4 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
    nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.
    Kebuituhan nutrisi terpenuhi.
    Kriteria hasil :
    klien dapat mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan,
    menunjukan perubahan pola makan, melakukan / memprogram olah raga yang
    tepat secara individu.
    1. Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan
      kegemukan. (Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi, kerena
      disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan
      dengan masa tumbuh).
    2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan
      lemak,garam dan gula sesuai indikasi. (Kesalahan kebiasaan makan menunjang
      terjadinya aterosklerosis dan kegemukan yang merupakan predisposisi untuk
      hipertensi dan komplikasinya, misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal
      jantung, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler
      dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi).
    3. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan. (motivasi untuk
      penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk
      menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak
      berhasil).
    4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. (mengidentivikasi
      kekuatan / kelemahan dalam program diit terakhir. Membantu dalam
      menentukan kebutuhan inividu untuk menyesuaikan / penyuluhan).
    5. Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien, Misalnya :
      penurunan berat badan 0,5 kg per minggu. (Penurunan masukan kalori
      seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori dapat menurunkan berat
      badan 0,5 kg / minggu. Penurunan berat badan yang lambat mengindikasikan
      kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya dengan cara mengubah
      kebiasaan makan).
    6. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasukkapan
      dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat
      makanan dimakan. (memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang
      dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian
      pada factor mana pasien telah / dapat mengontrol perubahan).
    7. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan
      dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll)
      dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan).
      (Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam
      mencegah perkembangan aterogenesis).
    8. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. (Memberikan konseling dan
      bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual).
    5 Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak
    efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
    Koping individu menjadi efektif
    Kriteria hasil :
    Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekkuensinya, menyatakan
    kesadaran kemampuan koping / kekuatan pribadi, mengidentifikasi potensial
    situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari dan mengubahnya.
    1. Kaji keefektipan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,
      Misalnya : kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan
      berpartisipasi dalam rencana pengobatan. (Mekanisme adaptif perlu untuk
      megubah pola hidup seorang, mengatasi hipertensi kronik dan
      mengintegrasikan terafi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari).
    2. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
      konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak
      mampuan untuk mengatasi / menyelesaikan masalah. (Manifestasi mekanisme
      koping maladaptive mungkin merupakan indicator marah yang ditekan dan
      diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic).
    3. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan
      strategi untuk mengatasinya. (pengenalan terhadap stressor adalah langkah
      pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor).
    4. Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan partisifasi
      maksimum dalam rencana pengobatan. (keterlibatan memberikan klien
      perasaan kontrol diri yang berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping,
      dan dapat menigkatkan kerjasama dalam regiment teraupetik.
    5. Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup. Tanyakan
      pertanyaan seperti : apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda
      inginkan ?. (Fokus perhtian klien pada realitas situasi yang relatif
      terhadap pandangan klien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja keras,
      kebutuhan untuk kontrol dan focus keluar dapat mengarah pada kurang
      perhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal).
    6. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan
      hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketibang membatalkan tujuan
      diri / keluarga. (Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara
      realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya).
    6 Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi
    Pengetahuan klien tentang proses penyakit meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan
    Kriteria hasil :
    • Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regiment pengobatan.
    • Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang
      perlu diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal.
    1. Bantu klien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardivaskuler
      yang dapat diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan
      kolesterol, pola hidup monoton, merokok, dan minum alcohol (lebih dari 60
      cc / hari dengan teratur) pola hidup penuh stress. (Faktor-faktor resiko
      ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit
      kardiovaskuler serta ginjal).
    2. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
      (kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera yang
      sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien / orang terdekat untuk
      mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila klien tidak menerima
      realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku
      tidak akan dipertahankan).
    3. Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan
      gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut. (mengidentivikasi
      tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi dan mempermudahj
      dalam menentukan intervensi).
    4. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi
      (pengertian,penyebab,tanda dan gejala,pencegahan, pengobatan, dan akibat
      lanjut) melalui penkes. (Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien
      tentang proses penyakit hipertensi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar